CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Minggu, Oktober 03, 2010

Gembel Paling Keren

Setahun lalu, Cheng Guorong (34) bukan siapa-siapa. Dia hanya gelandangan yang tiap hari menjelajahi jalanan Ningbo, sebuah kota di timur China untuk mencari makanan atau mengais sampah -- mencari botol plastik dan puntung rokok.

Meski 'gembel', Cheng tampil penuh gaya. Dengan rambut kusut, jenggot tipis -- dia sering tampil memakai mantel kulit sintetis dan potongan kain warna terang yang dijalin sebagai ikat pinggang.

Lain hari, Cheng mengenakan kaos hitam, dipadu kalung rantai, ditambah pita di rambutnya -- gaya yang bisa membuat orang menoleh kagum, atau setidaknya tersenyum geli.

Namun, hidup Cheng berubah dramatis setelah seorang fotografer amatir mengunggah foto-fotonya di internet.

Dalam sekejap, tulang pipinya yang menonjol dan pakaian ala 'bohemian' yang dikenakannya menarik hati sekelompok pengguna dunia maya yang memplokamirkan diri sebagai fansnya.

Cheng jadi fenomena. Dia lantas dijuluki 'Gelandangan China Terseksi' atau disebut dengan julukan 'Brother Sharp' -- yang berkaitan dengan penampilannya yang menarik dan pakaian yang keren.

"Sialan, pria ini ganteng. Lihat kerutan di keningnya. Tak ada yang perlu diragukan, pria ini sangat seksi," kata salah satu dari ribuan penggemarnya di laman Tianya -- sebuah forum internet di China.

Cheng kali pertama menginjakkan kaki di Ningbo pada 1996 untuk mencari pekerjaan. Awalnya dia sukses dalam karirnya, dan mempu mengirim uang untuk istri dan dua anak lelakinya.

Prahara dialami Cheng ketika uang simpanannya dirampok, dia dikeluarkan dari pekerjaannya, dan harus hidup di jalanan. Malu karena tak mampu menghidupi anak-anaknya, Cheng tidak menghubungi keluarganya selama bertahun-tahun.

Hilang kontak dengan Cheng, keluarganya sempat mengira dia tewas, sampai mereka melihat fotonya di internet Januari lalu.

Saat akhirnya kembali ke rumah, kabar duka menerpa Cheng, ayah dan istrinya tewas dalam sebuah kecelakaan lalu lintas tahun lalu.

Para fans-nya tak menutup mata. Mereka menyumbangkan uang sebesar 100.000 yuan atau sekitar Rp134 juta untuk membantu Cheng.

Tak hanya itu, tawaran tampil di iklan, juga jadi model catwalk di Foshan mengalir.

Bahkan, seorang produser film China, Deng Jianguo mengumumkan akan membuat film yang terinspirasi kisah hidup Cheng. Proses syutingnya akan dimulai September mendatang.

"Ini adalah kisah yang sedih, namun berakhir dengan kebahagiaan, sebuah reuni keluarga," kata salah satu keluarga Cheng, seperti dimuat laman Telegraph.

Aktor populer Hong Kong, Carl Ng direncanakan akan memerankan Cheng, meski dia dianggap 'terlalu tinggi'. Skrenario film ditulis sepupu Cheng. Film ini akan dirilis di bioskop-bioskop Tahun Baru China mendatang.

Bagaimana nasib Cheng? Kini dia kembali tinggal di kampung halamannya, sebuah kota kecil di dekat Nanchang Provinsi Jiangxi -- sebagai selebriti baru. Namun, pengalamannya lima tahun di jalanan membuatnya jadi pemalu dan jarang bicara.

Dalam wawancara pertamanya dengan media asing, sambil merokok, Cheng merasa senang bisa pulang. "Orang-orang bersikap baik."

By Elin Yunita Kristanti

Baca Selengkapnya......

Sebuah Pesan Indah

Tina, seorang gadis yang baik hati satu kali ingin memberi kejutan pada Nenek Omi yang hidup sendiri. Ia datang membuat sebuah kue yang enak lalu membawanya ke rumah si nenek.

"Oh, buat Nenek? Puji Tuhan! Terima kasih, Tina. Nenek sangat suka,"kata nenek waktu menerima kue itu.

Melihat nenek Omi suka, seminggu kemudian Tina kembali membawa kue yang sama. "Terima kasih,"jawab nenek singkat.
Lebih dari seminggu, komentar Nenek Omi kembali berbeda. "Tumben, kamu telat sehari,"sahutnya.

Minggu selanjutnya,"kuemu agak kemanisan. Nenek lebih suka rasa buah daripada coklat."

Karena sibuk, minggu selanjutnya Tina tidak sempat membuat kue, dan ketika ia berangkat kerja dan melewati rumah si nenek, nenek Omi keluar dan berteriak,"Hei Tina, mana kue nenek?"

Satu kutipan berkata,

"saat kita melihat berkat yang sama setiap hari, kita akan tidak memperhatikannya lagi.

Ketika tidak lagi memperhatikan, kita berhenti menghargai.

Ketika tidak menghargai, kita berhenti bersyukur.

Ketika kita tidak bersyukur, kita mulai mengeluh."

Jika hari ini kamu menangis, bersyukurlah karena kamu tidak membuat orang lain menangis...

Jika hari ini kamu disakiti, bersyukurlah karena kamu tahu rasa sakit dan tidak menyakiti orang lain...

Jika hari ini kamu dikecewakan , bersyukurlah karena kamu tidak membuat orang lain kecewa...

Apapun yang kamu alami hari ini, tetaplah bersyukur karena kita belajar UNTUK MEMAAFKAN...

Saat aku tak paham maksud Tuhan,
aku memilih... percaya.. :|

Saat aku tertekan oleh kekecewaan,
aku memilih.... bersyukur..

Saat rencana hidupku berantakan,
aku memilih.... berserah..:)

Saat putus asa melingkupiku,
aku memilih.... tetap maju.. :>

Dan saat ingin mengirimkan message ini
aku memilih.... KAMU,karena kamu sangat spesial di mata Tuhan..

Baca Selengkapnya......

Alat Komunikasi

Handphone (HP) dan Facebook. Kedua alat komunikasi tersebut praktis sudah menguasai hidup sebagian besar masyarakat. Hampir semua orang memiliki hape dan facebook. Dari presiden dan menteri, gubernur hingga ketua RT, semua tak terpisah dengan hape dan facebook. Para romo dan suster pun tidak ketinggalan. Namun bagi kita yang terpenting adalah bukan soal kita memiliki HP dan Facebook atau tidak, tetapi apakah kita telah menggunakan alat-alat komunikasi tersebut dengan baik atau benar.

Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki setiap orang. Dengan komunikasi, hidup ini menjadi lebih menarik dan hidup. Gereja memandang bahwa komunikasi sebagai bagian tak terpisahkan dari pewartaan injil. Injil harus dikomunikasikan. Hal itu dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk dan cara atau sarana. Hape, radio, televisi, internet, dan sebagainya adalah sarana komunikasi yang baik dan berguna, apabila digunakan dengan baik. Dan Gereja mendukung hal itu.
Kita menemukan bahwa hanya hati yang damai dan adoratif yang akan mampu menghasilkan komunikasi yang baik dan mendamaikan. Di tengah-tengah orang yang bengis, kasar karena berhati marah dan iri, Stefanus tetap menghadirkan hati yang damai dan adoratif. Damai karena tidak ikut-ikut marah atau membela diri atau menyalahkan orang lain. Sebaliknya stefanus mengampuni dengan mendoakan mereka. Ia juga mempunyai hati yang adoratif karena ia senantiasa berdoa dan bahkan meninggal dalam keadaan doa. Ia menatap langit dan melihat kemuliaan Allah dan Yesus yang berdiri di sisi kanan Allah. Hati damai dan adoratif membuahkan pengampunan, kebaikan, kesejukan dan kesejahteraan.

Kita boleh merenungkan bahwa semua alat komunikasi mestinya mempersatukan kita dan bukan memecah relasi kita. Yesus berdoa, ”....supaya mereka semua menjadi satu......” Tuhan Yesus menghendaki kita bisa membangun kesatuan, persatuan, kerukunan dalam kehidupan bersama, entah dalam keluarga, komunitas ataupun masyarakat.

Poin permenungan bagi kita adalah apakah yang menjadi dasar dan buah dalam setiap komunikasi hidup kita? Ketika komunikasi itu memunculkan amarah, iri dan terlebih lagi menjauhkan kesatuan hidup kita dalam keluarga dan Allah sendiri, kita perlu mengevaluasi hidup komunikasi kita.

Komunikasi yang sejati adalah komunikasi yang didasari atas kasih, bukan untuk menjatuhkan, bukan untuk memecah belah, bukan untuk menghancurkan. Kalau alat komunikasi tersbut, justru menjadikan kita lupa dan tidak mau mengurus anak istri, itu berarti kita kurang bertanggung jawab. Kalau pada saat misa pun, masih ada bunyi suara hape atau asyik main game di hape, bukankah kita tidak menghadirkan kasih. Kalau kita punya hape, tapi kita pakai untuk menteror atau menggosipkan yang tidak benar, entah menggosipkan teman, atau bahkan romonya, pasti kwalat deh. Heeee

Komunikasi yang sejati harus sampai pada keterarahan diri kita untuk terus membangun relasi baru dengan Allah. Sebagaimana terungkap dalam doa Yesus. Marilah kita mohon kepada ROh Kudus agar kita mampu menghadirkan komunikasi yang sejati. Semoga melalui berbagai alat komunikasi, kita pun turut ambil bagian dalam pewartaan Injil dan pelayanan Sabda.

Baca Selengkapnya......

Pilih yang Mana?

Kita sedikit melihat bahwa orang yang percaya diri biasanya mudah bergaul dengan orang lain. Sedangkan orang sombong biasanya malas didekati oleh siapapun. Pasalnya banyak orang yang bingung sebenarnya posisinya ada dimana.

Berikut perbedaan antara orang sombong dan orang percaya diri:

1. Orang sombong menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Sedangkan orang percaya diri percaya bahwa dirinya memiliki keunikan dan talenta sebagaimana yang dianugerahkan berbeda kepada setiap orang.

2. Orang sombong seolah selalu tahu apa yang paling baik untuk orang lain. Sedangkan orang yang percaya diri selalu terbuka tentang pendapatnya terhadap orang lain.

3. Orang sombong biasanya tajam terhadap orang yang ia lihat sebagai saingan. Orang percaya diri sudah lahir dengan kemampuan untuk bersaing.

4. Orang sombong sulit dan bahkan tidak pernah mengakui kesalahan mereka. Orang percaya diri tidak takut untuk mengaku bahwa ia melakukan kesalahan.

5. Orang sombong biasanya suka jika orang lain melakukan kesalahan sedang mereka yang percaya diri suka membantu orang menghadapi kesalahan yang mereka buat.

6. Orang sombong biasanya sangat peduli dengan pendapat orang lain terhadap dirinya. Sedangkan orang percaya diri tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain terhadap dirinya.

7. Orang sombong biasanya suka membanggakan dirinya, sedangkan mereka yang percaya diri cenderung diam.

Sombongkah atau percaya dirikah Anda?

Baca Selengkapnya......

Kesaksian frank slazak

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington.

Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat. Saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku.

Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center. Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan
ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini?
Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam? Aku berpaling pada ayahku. Katanya,"Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang, lalu aku teringat kata-kata ayahku, "Semua terjadi karena suatu alasan."

Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Baca Selengkapnya......

Tujuh Keajaiban Dunia

Sekelompok pelajar belajar mengenai "Tujuh Keajaiban Dunia". Pada akhir pelajaran, para pelajar diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" saat ini.
Walaupun ada beberapa ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi :

1) Piramida Besar di Mesir
2) Taj Mahal
3) Grand Canyon
4) Panama Canal
5) Empire State Building
6) St. Peter's Basilica
7) Tembok China

Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.

Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya."
Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya."

Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, Saya pikir Tujuh Keajaiban Dunia adalah :

1) Bisa menyentuh
2) Bisa mencicip
3) Bisa melihat
4) Bisa mendengar
Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan :
5) Bisa merasakan
6) Bisa tertawa
7) Dan bisa mencintai

Ruang kelas tersebut sesaat sunyi seketika! Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban", sementara saat kita melihat dan menikmati semua yang telah Allah lakukan untuk kita, lalu menyebutnya sebagai "biasa-biasa saja"?

Baca Selengkapnya......

Belajar Marah dari Orangtua

Suatu ketika di sebuah sekolah, diadakan pementasan drama. Pentas drama yang meriah, dengan pemain yang semuanya siswa-siswi di sana. Setiap anak mendapat peran, dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang mereka perankan. Semuanya tampak serius, sebab Pak Guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil terbaik dalam pentas. Di depan panggung, semua orangtua murid ikut hadir dan menyemarakkan acara itu. Lakon drama berjalan dengan sempurna.

Semua anak tampil dengan maksimal. Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya, ada juga yang menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkan di bahu. Di sudut sana, tampak pula seorang anak dengan raut muka ketus, sebab dia kebagian peran pak tua yang pemarah, sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih, layaknya pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan dari para orangtua dan guru kerap terdengar, di sisi kiri dan kanan panggung.

Tibalah kini akhir dari pementasan drama. Dan itu berarti, sudah saatnya Pak Guru mengumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah. Setiap anak tampak berdebar dalam hati, berharap mereka terpilih menjadi pemain drama yang terbaik. Dalam komat-kamit mereka berdoa, supaya Pak Guru akan menyebutkan nama mereka, dan mengundang ke atas panggung untuk menerima hadiah. Para orangtua pun ikut berdoa, membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik.

Pak Guru telah menaiki panggung, dan tak lama kemudian ia menyebutkan sebuah nama. Ahha... ternyata, anak yang menjadi pak tua pemarah-lah yang menjadi juara. Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira. "Aku menang...!", begitu ucapnya. Ia pun bergegas menuju panggung, diiringi kedua orangtuanya yang tampak bangga. Tepuk tangan terdengar lagi. Sang orangtua menatap sekeliling, menatap ke seluruh hadirin. Mereka bangga.

Pak Guru menyambut mereka. Sebelum menyerahkan hadiah, ia sedikit bertanya kepada sang "jagoan, "Nak, kamu memang hebat. Kamu pantas mendapatkannya. Peranmu sebagai seorang yang pemarah terlihat bagus sekali. Apa rahasianya ya, sehingga kamu bisa tampil sebaik ini? Kamu pasti rajin mengikuti latihan, tak heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik.." tanya Pak Guru. "Coba kamu ceritakan kepada kami semua, apa yang bisa membuat kamu seperti ini..."

Sang anak menjawab, "Terima kasih atas hadiahnya Pak. Dan sebenarnya saya harus berterima kasih kepada Ayah saya di rumah. Karena, dari Ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah. Kepada Ayah-lah saya meniru perilaku ini. ! Ayah sering berteriak kepada saya, maka, bukan hal yang sulit untuk menjadi pemarah seperti Ayah."

Tampak sang Ayah yang mulai tercenung. Sang anak mulai melanjutkan, "...Ayah membesarkan saya dengan cara seperti ini, jadi peran ini, adalah peran yang mudah buat saya..."

Senyap. Usai bibir anak itu terkatup, keadaan tambah senyap. Begitupun kedua orangtua sang anak di atas panggung, mereka tampak tertunduk. Jika sebelumnnya mereka merasa bangga, kini keadaannya berubah. Seakan, mereka berdiri sebagai terdakwa, di muka pengadilan. Mereka belajar sesuatu hari itu. Ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka

Baca Selengkapnya......

Rantai Kebaikan

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri disana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.
Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson ."
Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut usia seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu.. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapa pun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah ditolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."
Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya.
Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan .
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu.
Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: "Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"
Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.
Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres.
Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"

Baca Selengkapnya......

Damba Domba

Aku Mendamba Romo Yang..... [Puisi Romo oleh Arswendo Atmowiloto]*)

aku mendamba Romo yang penuh kasih - bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat sebagai tanda cinta, tanda hormat

aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak kaku pada dogma,
tapi lucu kala canda yang lebih sering memegang rosario dibandingkan bb warna hijau

aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar dibandingkan berujar

aku mendamba Romo yang menampung air mataku - tanpa ikut menangisi yang mengubah putus asa menjadi harapan yang mengajarkan ritual sekaligus spiritual

duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali tapi aku percaya tetap terpenuhi karena Romoku mau dan mampu selalu memberi -

inilah damba dan doaku,

Romoku eee, masih ada satu lagi sekali mengenakan jubah, jangan berubah jangan pernah mengubah,

walau godaan mewabah bahkan sampai ada laut terbelah kenakan terus jubahmu itulah khotbah yang hidup agar aku bisa menjamah seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku

aku mendamba Romo yang menatapku kalem bersuara adem "Berkah Dalem ..."


*) dibacakan saat dialog interaktif, di kompleks Gereja St. Fransiskus Asisi, Tebet,Jakarta, 20 Juni 2010

Baca Selengkapnya......

Kekuatan Sebuah Tekad

Gedung sekolah desa yang kecil itu dipanasi oleh perapian batu bara kuno yang berbentuk belanga. Seorang anak laki-laki kecil bertugas untuk hadir pagi-pagi sekali di sekolah untuk menyalakan api serta menghangatkan ruangan sebelum guru dan teman-temannya masuk.

Pada suatu pagi gedung sekolah itu tertelan api. Anak laki-laki itu pingsan dan ia pun ditarik keluar dari bangunan yang terbakar itu, dalam keadaan setengah mati dan bukannya setengah hidup. Ia mengalami luka bakar yang parah di seluruh bagian bawah tubuhnya dan dibawa ke rumah sakit daerah yang terdekat.

Dari tempat tidurnya, si anak laki-laki yang terbakar secara mengerikan itu dalam keadaan setengah sadar sayup-sayup mendengar dokter berbicara kepada ibunya. Dokter memberitahu bahwa anak itu pasti akan mati, yang sesungguhnya merupakan hal yang terbaik, lantaran kebakaran hebat yang meluluhlantakkan bagian bawah tubuhnya.

Namun anak pemberani itu tidak ingin mati. Ia meneguhkan tekadnya untuk tetap bertahan hidup. Entah dengan cara bagaimana, hal yang mencengangkan dokter itu, ia terus hidup. Ketika bahaya maut itu berlalu, ia sekali lagi mendengar dokter dan ibunya berbicara dengan pelan. Ibunya diberitahu bahwa karena kebakaran itu menghancurkan begitu banyak daging di bawah tubuh anak itu, dapat dikatakan bahwa akan lebih baik jika ia mati, karena ia pasti akan lumpuh seumur hidup dan tak dapat memanfaatkan semua anggota tubuh bagian bawahnya.

Sekali lagi si anak pemberani itu mengeraskan tekadnya. Ia tidak akan lumpuh. Ia akan berjalan. Tetapi celakanya, dari pinggang ke bawah, ia tidak memiliki kemampuan bergerak. Kaki-kakinya yang kurus hanya terjuntai di sana, lengkap namun mati.

Akhirnya ia keluar dari rumah sakit. Lalu setiap hari ibunya memijat kakinya yang kecil itu, namun di sana tidak ada rasa, tidak ada kontrol, tidak ada apa pun. Namun niatnya untuk berjalan tetap sekuat dulu.

Hari-harinya menjemukan. Bila tidak sedang berada di tempat tidur, ia terkurung di kursi roda. Pada suatu hari yang cerah ibunya mendorong kursi rodanya keluar menuju halaman agar ia dapat menghirup udara segar. Hari itu, bukannya duduk terpaku di situ, ia melemparkan diri dari kursi roda. Ia menyeret dirinya sendiri melintasi rerumputan, menarik kedua kakinya di belakang tubuhnya.

Ia menyusuri jalannya menuju tiang pancang berwarna putih yang membatasi bidang tanah mereka. Kemudian, sedikit demi sedikit, ia mulai menyeret dirinya sendiri di sepanjang pagar itu, bertekad keras untuk berjalan. Ia mulai melakukan hal ini setiap hari sampai saat ia menggunakan jalan yang mulus di sekeliling halaman di sisi tiang pancang itu. Tak ada hal yang diinginkannya selain menghidupkan kedua kakinya.

Akhirnya melalui pijatan setiap hari, tekad bajanya dan keteguhan hatinya, ia benar-benar mengembangkan kemampuannya untuk berdiri, kemudian untuk berjalan tertatih-tatih, lalu untuk berjalan sendiri, dan kemudian untuk berlari.

Ia mulai berjalan ke sekolah, kemudian berlari ke sekolah, berlari demi kegembiraan besar yang diperolehnya dari berlari. Kemudian di universitas ia membentuk tim lari. Bahkan selanjutnya di Madison Square Garden pemuda yang diduga tidak bakal hidup itu, yang tidak pernah dapat berharap untuk bisa berlari.

Pemuda yang keras hati ini, Dr. Glenn Cunningham, memecahkan rekor dunia lari untuk jarak 1500 meter.

Baca Selengkapnya......

Jawaban Tuhan

Jawaban Tuhan Positif Untuk Kita

1. Kamu berkata : Itu tidak mungkin.
*Tuhan berkata : Tidak ada hal yang mustahil bagiKu. (Lukas 18:27)*

2. *Kamu berkata : aku terlalu capai.*
*Tuhan berkata : Aku akan memberikan kelegaan padamu. (Matius 11:28)*

3. *Kamu berkata : Tidak ada seorangpun yang mencintai aku.*
*Tuhan berkata : Aku mengasihimu. (Yohanes 3:16 ; Yohanes 13:34)*

4. Kamu berkata : Aku tidak bisa meneruskan.
*Tuhan berkata : Kasih karuniaKu cukup. (2 Korintus 12:9 ; Mazmur 91 : 15)*

5. *Kamu berkata : Aku tidak mengerti.*
*Tuhan berkata : Aku akan menuntun langkah-langkahmu. (Amsal 3:5-6)*

6. Kamu berkata : Aku tidak bisa melakukannya.
*Tuhan berkata : Kamu bisa melakukan semuanya. (Filipi 4:13)*

7. Kamu berkata : Ini tidak berharga.
*Tuhan berkata : Itu akan berharga. (Roma 8:28)*

8. Kamu berkata : Aku tidak bisa memaafkanmu.
*Tuhan berkata : Aku memaafkanmu. ( 1Yohanes 1:9 ; Roma 8:1)*

9. Kamu berkata : Aku tidak bisa mengatasi.
*Tuhan berkata : Aku akan menyediakan kebutuhanmu. (Filipi 4:19)*

10. Kamu berkata : Aku takut.
*Tuhan berkata : Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan. (II Timotius
1:7)*

11. Kamu berkata : Aku selalu kuatir dan frustasi.
*Tuhan berkata : Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaku. (I Petrus 5:7)*

12. Kamu berkata : Aku tidak mempunyai iman yang kuat.
*Tuhan berkata : Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya. (Roma
12:3)*

13. Kamu berkata : Aku tidak pandai.
*Tuhan berkata : Aku memberikan padamu hikmat. (I Korintus 1:30)*

14. Kamu berkata : Aku merasa sendirian.
*Tuhan berkata : Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. (Ibrani 13:5)*

Baca Selengkapnya......

Pohon Tua

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya,tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya. Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna", begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya,kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku ? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki ?", begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini? Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.

"Cittt...cericirit...cittt". Ah suara apa itu ? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. Cittt...cericirit...cittt, suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya", begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering,mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

Baca Selengkapnya......

Gadis kecil YuYuan

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kalimat terakhir yang ia tinggalkan di batu nisannya adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut. Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di
sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.
Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”.
Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya
sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini”. Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela
melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa
menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamakannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu
Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini”. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di-email bahkan menulis: “Yu Yuan anakku yang tercinta saya
mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di
ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama
kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min
menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu
memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: “Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu
Yuan kemudia berkata : “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan itupun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik”. Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan
diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,……. Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. “Sampai jumpa tante,
kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakana ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”. Surat
wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.

Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di
pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis.
Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.

Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit,
kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah……………” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima
kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak
mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami
diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku sangat patuh”.

Baca Selengkapnya......

Sabtu, Oktober 02, 2010

Benediktus XVI dan John Henry Newman

Entah mengapa, di Indonesia tidak terdengar berita-berita mengenai rencana kunjungan Paus Benedictus XVI ke Inggris 16-19 September y2010 ad. Tapi media Eropa dan Inggris rupanya cukup gencar dengan pemberitaan ini. Untuk saya kunjungan itu sendiri menarik atas 2 hal:

1. Itulah kunjungan kenegaraan pertama Paus setelah berpisahnya Gereja Inggris dari Roma (abad 16) karena kemauan raja Henry VIII yg ingin berpoligami dan menjadi pemimpin Gereja lepas dari Paus.
2. Kunjungan akan dipuncaki antara lain dengan beatifikasi dari John Henry Newman, yang tadinya seorang pastor Anglikan dan akhirnya beralih ke Katolik dan menjadi kardinal.

ad 1. Kita tahu Gereja Inggris mulai terpecah pada jaman Heinrich VIII (1491-1547). Tentang alasan sudah banyak orang tahu: Paus saat itu tidak menganulir perkawinan raja sebelumnya, menyebabkan raja tak dapat menikah lagi. Tapi bukan itu saja, tentu. Sejak saat itu Gereja Inggris terus mencari identitasnya, terlepas dari Roma, mendekati Protestan, tetapi tidak masuk sepenuhnya karena mempunyai tradisi sendiri. Malah mereka, Newman misalnya sebelum menjadi Katolik, menyebut Gereja Anglikan (nama dari Gereja Inggris tadi) sebagai Kompromi yang tepat: Katolik dikritik sebagai sudah terlalu jauh meninggalkan identitas Gereja awal dengan ajaran-ajaran (baru) yagn sesat, dan Protestan dianggap telah membuang banyak kebenaran Gereja asali.

Tapi sejarah juga berjalan secara khas. Sejak pe
rpecahan itu stigma jelek diberikan kepada Gereja Katolik. Praktis sampai abad lalu Katolik hanya milik para pendatang (dari Irlandia), atau dari kaum yang rendahan saja. Bahkan ada peraturan, siapapun dari kalangan istana yang masuk ke Katolik akan dicabut hak waris kerajaannya dsb. Barulah pda masa dekat-dekat kita ini mulai ada dokter, pegawai-pegawai tinggi yang berasal dari kalangan Katolik sampai akhirnya orang Katolik juga mulai dipandang secara lebih positif. Perpindahan-perpindahan (kepulangan kembali) dari Anglikan ke Katolik mulai lebih sering, termasuk antara lain mantan Perdana Mentri Inggris Toni Blair, meski bukan tanpa kontroversi.
450 tahun kira-kira, sampai akhirnya momen bersejarah hampir tiba: Paus sebagai pemimpin gereja, penerus tahta Petrus diundang oleh Ratu Elisabeth II, yang secara formal adalah pemimpin Gereja Anglikan. Mereka akan bicara bersama mengenai warisan-warisan yang sama yang berguna bagi masa depan. Paus juga akan mengunjungi Primas Rowan Williams di Istana Lambeth London dan akan merayakan ibadat bersama di Abbey Westminster.

Pertemuan ini memang bernuansa agama: Paus diundang sebagai pemimpin Gereja Katolik. Dan tanggapan pro dan kontra cukup banyak. Dari kalangan yang kontra muncul antara lain keberatan tentang pembiayaan. Banyak orang tidak setuju bahwa kunjungan pemimpin salah satu agama ini dibiayai dengan pajak negara. Tidak heran, menurut perkiraan kunjungan di empat titik itu (Edinburgh, Glasgow, London dan Birmingham ) akan menelan biaya sampai 20 Juta Poundsterling (24 Juta Euro). Perdebatan ini akhirnya bisa diatasi: gereja Katolik di Inggris harus membiayai sebagian besar kunjungan itu.
Protes lain berhubugnan dengan sepak terjang Paus Benediktus XVI selama ini. Jangan lupa ada juga kalangan antikatolik di Inggris yang cukup kuat: Kaum Atheist Intelektual seperti Richard Dawkins (pengarang God's Delusion yang pernah jadi hit di Eropa dan Amerika), Christopher Hitchens, Geoffrey Robinson hidup di sana . Mereka pernah mengancam penangkapan Paus bila ia jadi datang: tuduhannya antara lain menutup-nutupi skandal seksual bawahannya, melawan hak asasi kaum homoseksual karena Katolik anti perkawinan homo, menghalangi pencegahan Aids karena Katolik melarang pemakaian kondom dsb. Ancaman ini toh akhirnya reda juga, setelah negara menunjuk Lord Patten of Barnes sebagai penanggungjawab bagi penyambutan Paus di Inggris. Paus akan diterima sebagai tamu negara dan tamu yang akan sangat dihormati.
Paus akan diminta berbicara tidak hanya di depan umat Katolik dan partner mereka, umat Anglikan, tetapi juga didepan masyarakat Inggris secara umum: para intellektual, para perwakilan universitas, para tokoh budaya dan ekonomi serta perwakilan-perwakilan negara. Pidato itu akan bertempat di Westminster Hall yang bersejarah, dan diharapkan akan memberi sebuah penekanan baru seperti yang dia buat di Regensburg (dengan efek yang mencengangkan dan mengejutkan) dan di Pariser College des Bernardins.

ad. 2. Beatifikasi John Kardinal Henri Newman di Birmingham, juga mempunyai problem sendiri. Tidak seperti biasanya Paus membuat sendiri beatifikasi seseorang. Biasanya beatifikasi diwakilkan kepada seorang Kardinal. Paus mengubah tradisi. Tapi Paus pasti mempunyai alasan sendiri, kalau ia mengambil alih tugas ini. Ia sangat menghormati Henri Newman, juga ketika ia masih menjadi prefek Kongregrasi Iman. Dalam peringatan 100 tahun meninggalnya Newman 20 tahun lalu (1990) Benediktus XVI (Ratzinger waktu itu) menyebut Newman sebagai satu dari antara Guru Besar (Pujangga) Gereja, terutama karena ajarannya tentang perkembangan Dogma Katolik dan pernyataan-pernyataannya tentang suara hati.
Saya rasa Paus akan menyinggung hal ini juga dalam perayaan beatifikasi itu, terutama bagaimana ajaran tradisi yang berlaku melampaui batas-batas waktu bisa dipertanggungjawabkan secara rasional kebenarannya (: itulah sebuah tema yang Paus Benediktus sukai).

Tidak terlepas dari itu, beatifikasi seorang Newman juga mengundang masalah sendiri, terutama karena latarbelakangnya, bahwa Newman eks pendeta penting di Anglikan. Sangat menarik kalau kita mau membuat penelaahan lebih lanjut tentang Newman. Newman sebelum menjadi Katolik adalah seorang pemimpin sebuah aliran yang disebut jalan tengah, pembela Anglikan gigih. Ia menyebut Anglikan sebagai sebuah jenis Kompromi yang tepat, seperti yagn saya terangkan di atas. Tahun 1833, setelah kunjungan ke Roma, ia mendirikan Oxford-Movement, yaitu gerakan Pembaharuhan dalam Gereja Anglikan untuk menggali warisan-warisan Katolik di dalam liturgi, teologi dan struktur Gereja. Pada saat itu ia masih mempunyai komentar negatif terhadap Katolik, katanya: "Komunitas mereka sudah tertular oleh bidaah, kita harus mempertahankan diri dari bidaah itu seperti terhadap wabah pes."
tapi 12 tahun kemudian, 1845, ia malah masuk Katolik (!!!)... Tentu hal ini menggemparkan sekali. Ia yang seorang pastor Anglikan lulusan Oxford kini pergi ke Roma dan belajar lagi teologi di sana sampai akhirnya 1847 ditahbiskan menjadi imam Gereja Katolik Roma.
Adakah pengalaman Damaskus dalam hidup Newman? Tidak juga: katanya sendiri: "Bapa-bapa Gereja telah membuat saya menjadi Katolik." Memang begitulah, studinya tentang patrologi, dan tentang perkembangan tradisi itulah yang membuka kesadarannya, sampai dia merasa begitu: hanya Gereja Katoliklah yang telah memelihara iman dalam seluruh keutuhan selama berabad-abad dengan setia. Dia wafat 11 Agustus 1890 dalam usia 89 tahun. Bukunya Apologia pro Vita Sua menjadi buku pegangan pokok utnuk mengenal dia, seperti buku Confessiones-nya Agustinus.

Suara hati, tetapi juga rasionalitas iman: itulah yang sangat menonjol dari Newman. Dia tidak pindah begitu saja, tetapi ia menjalankan apa yang dipelajarinya dan ditelitinya, serta apa yang diyakininya. Dia tidak taat begitu saja. Misalnya dalam satu bukunya dia mengungkapkan begini: "Kalau saya disuruh buat toast (salut dengan mengangkat sebuah gelas anggur), saya akan buat itu untuk Paus. Tetapi tidak sebagai yang pertama, yang pertama untuk suara hati, yang berikutnya untuk Paus."

Setia, tetapi juga kritis. Ada sesuatu dalam Gereja yang harus dibenahi juga, tetapi kekurangannya di sana-sini tidak mengurangi hormat dan kesetiaannya pada Gereja. Mungkin inilah yang menyebabkan Benediktus XVI sangat menghormati dia. Ada banyak kesamaan antara keduanya: khususnya di sekitar pertanyaan ini: Bagaimana keabsahan pernyataan iman yang melampaui waktu itu, dapat diselaraskan dengan perkembangan dogma katolik yang menyejarah (yang tidak luput dari sifat kemanusiaannya) itu. Hal itu berhubungan dengan pembaharuan dalam Gereja menurut Konsili Vatikan II yang juga menjadi keprihatinan Benediktus XVI: bagaimana pembaharuan Gereja masih bersesuaian dengan tradisi Gereja Katolik?

Pokoknya menurut saya akan ada moment menarik dalam sejarah Gereja minggu mendatang ini. Apalagi Anglikan juga sedang memanas gara-gara banyak masalah seperti misalnya pentahbisan imam dan uskup wanita, yang menurut Roma (diwakili Kardinal Walter Kasper) adalah sebuah langkah yang melukai Gereja tetapi yang sendiri telah menimbulkan gejolak di Gereja Anglikan sendiri; banyaknya orang Anglikan yang mau berpindah (berpulang) masuk Katolik, yang kemudian ditanggapi oleh Vatikan dengan rencana pendirian ordinariat bagi para Katolik mantan Anglikan, agar mereka tetap dapat melaksanakan tradisi mereka sendiri, dsb.

Mari kita menanti moment itu

Hertanto
O QUAM BONUM ET IUCUNDUM HABITARE FRATRES IN UNUM.( PSALMS 133,1 )

Baca Selengkapnya......

Hari Orang Muda Sedunia ke-26

Sahabat muda terkasih,
Saya sering mengingat kembali Hari Orang Muda Sedunia di Sidney pada tahun 2008 silam. Di sana, kita merayakan pesta iman, saat Roh Allah secara giat bekerja di tengah-tengah kita semua, dan membangun komunitas rohani yang secara sungguh-sungguh dapat saling berbagi dalam satu iman, di antara para peserta yang datang dari berbagai belahan dunia. Pertemuan tersebut, seperti perjumpaan-perjumpaan sebelumnya, berbuah lebat dalam hidup banyak orang muda dan hidup Gereja. Sekarang kita menuju Hari Orang Muda Sedunia berikutnya, yang akan terselenggara di Madrid pada bulan Agustus 2011. Mengingat kembali masa pada tahun 1989, beberapa bulan sebelum hari bersejarah keruntuhan tembok Berlin, peziarahan orang muda seperti ini pernah dilakukan di Spanyol pula, waktu itu di Santiago de Compostela. Sekarang, saat masyarakat Eropa sedang dalam kebutuhan besar untuk menemukan kembali akar Kekristenan mereka, pertemuan kita akan mengambil tempat di Madrid, dengan tema : “Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman” (bdk. Kol 2: 7). Saya menyemangati Anda untuk mengambil bagian dalam peristiwa ini, yang merupakan peristiwa penting bagi Gereja di Eropa dan bagi Gereja sedunia. Saya mengajak kalian semua orang muda, baik yang saling berbagi iman dalam Yesus Kristus, maupun kalian yang ragu dalam ketidakpastian, atau kalian yang tidak percaya akan Dia, untuk berbagi pengalaman ini, yang akan membuktikan kepastian hidup kalian. Inilah pengalaman akan Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup, dan pengalaman akan kasihNya bagi kita masing-masing.

1.Pada sumber Keinginanmu yang terdalam

Dalam setiap periode sejarah kehidupan, termasuk periode kita, banyak orang muda memiliki kerinduan yang mendalam akan relasi pribadi, yang ditandai oleh kebenaran dan solidaritas. Banyak dari mereka membangun hubungan persahabatan yang tulus, untuk mengenal cinta sejati, untuk memulai hidup berkeluarga yang diharapkan manunggal bersatu, untuk mencapai kepenuhan pribadi dan kemapanan hidup yang nyata, serta semua hal yang menjamin masa depan yang bahagia dan tenang. Ketika mengenangkan masa muda saya sendiri, saya tersadar bahwa kemapanan dan perasaan aman nyaman bukanlah pertanyaan yang memenuhi pemikiran generasi muda. Memang cukup benar, bahwa pentinglah memiliki pekerjaan agar dengan itu memiliki pijakan yang kokoh. Namun selain itu, tahun-tahun masa muda merupakan juga waktu, saat kita mencari yang terbaik dari hidup kita. Ketika saya membayangkan kembali masa muda itu, saya ingat semua bahwa kita tidak ingin hidup nyaman demi kehidupan dalam kelas menengah yang mapan. Kita menginginkan sesuatu yang besar, sesuatu yang baru. Kita ingin menjelajahi kehidupan itu sendiri, dalam semua keagungan dan keindahannya. Secara alamiah, tahap itu merupakan bagian dari kehidupan yang kita alami. Selama kediktatoran Nazi dan peperangan, dapat dikatakan pada masa itu, semua orang terkungkung oleh segala peraturan dan batasan yang diciptakan oleh struktur yang sedang berkuasa. Maka, semua orang saat itu ingin mendobrak segala batasan: menginginkan adanya kebebasan, keterbukaan yang memungkinkan kita meraih peluang sebagai manusia. Saya berpikir, bahwa dorongan untuk mendobrak segala batasan yang ada, pada jangkauan tertentu, selalu menandai jiwa orang muda dari masa ke masa. Bagian dari menjadi muda, ialah hasrat akan sesuatu di balik hidup harian dan pekerjaan yang mapan, suatu kerinduan untuk sesuatu yang sungguh-sungguh lebih besar.

Apakah ini hanya mimpi yang akan memudar dan akhirnya menghilang jika kita menua? Tidak! Pria maupun perempuan, diciptakan untuk sesuatu yang besar, untuk sebuah keabadian. Tiada pernah cukup. Santo Agustinus benar ketika ia mengatakan: “Hati kami belum tenang, sampai menemukan istirahat di dalam Engkau”.

Hasrat untuk mencari kehidupan yang lebih bermakna merupakan tanda bahwa Tuhan menciptakan kita, agar mengemban citra diri-Nya. Tuhan adalah Sang Kehidupan, dan itulah sebabnya kita ciptaanNya selalu berusaha untuk menggapai dan menggenggam kehidupan. Karena manusia diciptakan dengan citra Allah, maka kita menggapai kehidupan dengan cara yang unik dan istimewa. Kita selalu berusaha untuk menggapai cinta, suka cita , dan damai. Jadi dapatlah kita lihat, betapa mustahil apabila kita berpikir bahwa kita dapat sungguh-sungguh hidup dengan menyingkirkan Allah dari gambar hidup kita! Tuhan adalah sumber kehidupan. Mengenyampingkan Allah berarti kita telah memisahkan diri kita dari sumber kehidupan, dan berarti kita telah memisahkan diri dari sumber sejati kebahagiaan, suka cita, dan damai. “Tanpa Sang Pencipta, makhluk ciptaan hilang melenyap” (Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes, 36). Di beberapa belahan dunia, terutama kehidupan di belahan dunia Barat, budaya mereka saat ini cenderung menyingkirkan Tuhan dari segala aspek dan segi kehidupan, dan memandang bahwa iman kepercayaan adalah urusan pribadi, tanpa memiliki hubungan dan relevansi apapun dengan kehidupan. Sekalipun segugus nilai-nilai yang mendasari kehidupan masyarakat berasal dari Injil, seperti nilai martabat pribadi, nilai solidaritas, nilai kerja, dan nilai berkeluarga, namun kita menyaksikan suatu “gerhana Tuhan” yang pasti, semacam amnesia (penyakit lupa) akan sejarah, sebuah penolakan Kristianitas, pengingkaran khasanah iman Kristen, sebuah pengingkaran yang bisa membawa kita pada hilangnya jati diri kita yang paling dalam.

Untuk alasan inilah, para sahabat, saya mendorong kalian untuk memperkuat iman kalian akan Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Kalian adalah masa depan masyarakat dan Gereja. Seperti Rasul Paulus telah menulis untuk umat di Kolose : Pentinglah memiliki akar, dasar yang kokoh. Perkara ini secara sebagian, benar untuk zaman kita sekarang. Banyak orang tidak memiliki titik acuan yang kokoh, tempat mereka membangun hidup, dan karena nya mereka sungguh merasa tidak aman. Saat ini ada mentalitas relativisme yang berpaham bahwa alasan adanya setiap hal cukup kuat dari dirinya sendiri, serta bahwa suatu kebenaran dan titik acuan yang mutlak, tidak pernah ada. Namun, jalan pikiran seperti ini tidak akan pernah mengarahkan kita kepada kebebasan sejati, tetapi lebih mengacu kepada ketidakstabilan, kebingungan, kompromi buta terhadap keisengan zaman ini. Sebagai orang muda, kalian berhak untuk mewarisi dari generasi pendahulu, titik acuan yang kokoh bagi kalian untuk menolong kalian membuat pilihan, dan membangun hidup di atasnya, bagaikan tunas muda yang membutuhkan dorongan yang mantap hingga bisa membenamkan akar tunggangnya dalam-dalam, tumbuh menjadi pohon kuat yang mampu menghasilkan buah lebat.

2.Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus

Untuk menekankan betapa pentingnya iman bagi hidup umat Allah, kepada kalian saya ingin menyampaikan renungan saya, perihal tiga kata yang digunakan oleh St. Paulus dalam ungkapan : “Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman” (bdk. Kol 2:7). Kita dapat membedakan tiga buah gambaran berikut ini: “Berakar” mengingatkan kita pada pohon dan akar yang memberi makan pohon itu. “Dibangun” mengacu pada susunan sebuah rumah; “Berteguh” menunjukkan pertumbuhan fisik dan susila. Ketiga gambaran ini sangat tepat. Sebelum memberi ulasan mengenai ketiga kata tersebut, saya tunjukkan bahwa menurut tata bahasa, ketiga kata itu dalam teks aslinya berbentuk kata kerja pasif. Berarti, Kristus sendirilah yang berkehendak untuk menanam, membangun, dan menguatkan kaum beriman.

Gambaran pertama ialah mengenai sebuah pohon yang dengan kokoh ditanam, yang berterima kasih kepada akar yang telah menopang dan memberi makanan kepadanya. Tanpa akar-akar itu, pohon akan roboh ditiup angin dan mati. Apakah akar kita? Secara alamiah, orangtua, keluarga dan kebudayaan negara kita merupakan unsur-unsur penting dari jati diri pribadi kita. Namun Kitab Suci mewahyukan unsur yang lebih lagi. Nabi Yeremia menuliskan: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yer 17:7-8). Bagi Nabi Yeremia, berakar dalam Tuhan berarti menyerahkan kepercayaan kepada Tuhan. Dari Dia, kita melukis hidup kita. Tanpa Dia, kita tidak bisa benar-benar hidup. “Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam anak-Nya” (1 Yoh 5:11). Yesus sendiri menyatakan kepada kita, bahwa Dia sendirilah kehidupan kita (bdk. Yoh 14:6). Sebagai akibatnya, iman Kristen bukanlah hanya suatu kepercayaan bahwa suatu hal tertentu merupakan kebenaran, melainkan lebih dari itu, iman Kristen merupakan suatu hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Iman kita ialah suatu perjumpaan dengan Sang Putra Allah yang memberikan tenaga pada seluruh keberadaan kita. Ketika kita memasuki hubungan pribadi dengan Dia, Kristus menyingkapkan jati diri kita yang asli, dan dalam persahabatan denganNya, hidup kita bertumbuh menuju kepenuhan yang lengkap. Ada saatnya ketika kita mengalami masa muda, ketika bertanya: Apa makna hidup saya? Manakah tujuan dan arah yang harus kuberikan pada hidup saya? Saat itu merupakan saat penting, dan pertanyaan-pertanyaan itu mungkin bisa membuat kita cemas untuk beberapa lama. Kita mulai mempertanyakan mengenai jenis pekerjaan yang harus kita pilih, pola hubungan-hubungan yang harus kita bangun, persahabatan yang harus kita pelihara.

Di sinilah, suatu saat, saya melihat kembali masa muda saya. Saya agak cukup dini menyadari, mengenai kenyataan bahwa Tuhan menghendaki saya menjadi imam. Kemudian setelah masa peperangan berakhir, saat saya di seminari dan universitas dalam jalur menuju tujuan imamat itu, saya harus melihat kembali kepastian cita-cita saya itu. Saya harus bertanya diri: sungguhkan ini jalur yang harus saya jalani? Apakah benar jalan ini merupakan kehendak Tuhan bagi saya? Apakah saya akan mampu bertahan setia bagiNya dan sepenuhnya melayani Dia? Keputusan seperti ini menuntut perjuangan tertentu. Hal ini tidak bisa tidak, harus dilakukan. Namun kemudian tibalah kepastian itu: inilah keputusan yang tepat! Ya, Tuhan menginginkan saya, dan ia akan memberi saya kekuatan. Jika saya mendengarkan Dia dan berjalan bersamaNya, maka saya pasti menjadi diri saya yang asli. Yang diperhitungkan bukanlah pemenuhan hasrat hati saya sendiri, namun kehendak Dia. Dengan cara ini, hidup menjadi sejati.

Serupa dengan akar yang menopang kuat pohon untuk tetap berada dalam tanah dan kehidupannya, maka pondasi sebuah rumah memberikan jaminan kekokohan jangka panjang. Melalui iman, kita telah dibangun dalam Yesus Kristus (bdk. Kol 2:7), seperti rumah dibangun di atas pondasinya. Sejarah Kekudusan telah menyediakan bagi kita banyak contoh Santo-Santa yang membangun hidupnya pada Sabda Tuhan itu. Yang pertama ialah Abraham, bapa iman kita, yang taat pada Tuhan, ketika Tuhan memerintahkan dia meninggalkan tanah leluhurnya untuk menuju tanah yang tidak ia kenal. “Percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Karena itu Abraham disebut “Sahabat Allah” (Yak 2:23). Dibangun dalam Yesus Kristus berarti menanggapi secara positif panggilan Tuhan, mempercayaiNya, dan menaruh SabdaNya dalam tindakan. Yesus sendiri mengingatkan para murid, “Mengapa engkau berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Luk 6:46). Dia lalu memakai gambaran pembangunan sebuah rumah: “Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan serta melakukannya – aku akan menyatakan kepadamu – dengan siapa ia dapat disamakan. Ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah. Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun” (Luk 6:47-48).

Para Sahabat terkasih.
Bangunlah rumah kalian sendiri di atas batu karang seperti orang yang menggali dalam-dalam untuk membuat pondasi. Cobalah setiap hari untuk mengikuti sabda Kristus. Dengan keberadaan-Nya disamping kalian, kalian akan menemukan keberanian dan pengharapan untuk menghadapi berbagai kesulitan dan masalah, bahkan untuk mengatasi kekecewaan dan kemunduran. Kepada kalian, secara terus menerus ditawarkan pilihan-pilihan yang lebih mudah, namun kalian sendiri tahu, bahwa segala tawaran itu bersifat menipu dan tidak akan pernah mampu memberikan damai dan suka cita. Hanya Sabda Allah saja yang mampu memperlihatkan kepada kita jalan yang sejati dan hanya iman yang kita terima-lah yang menjadi cahaya dalam jalan kehidupan kita. Dengan penuh syukur, terimalah hadiah rohani ini yang telah kalian warisi dari keluarga kalian; Berusahalah untuk menanggapi panggilan Tuhan dengan penuh kesadaran, dan bertumbuhlah dalam iman. Janganlah percaya para mereka yang memberitahu kalian bahwa kalian tidak memerlukan orang lain untuk membangun hidup kalian! Temukanlah dukungan dalam iman, pada orang-orang yang mengasihi kalian, temukanlah dukungan dari iman Gereja, dan bersyukurlah pada Tuhan bahwa kalian telah menerima iman itu dan telah membuatnya menjadi milik kalian sendiri!

3.Berteguhlah dalam iman
Hendalah kamu “berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman.” (Kol 2:7). Surat dari mana kata-kata tersebut dikutip, ditulis oleh Santo Paulus untuk menanggapi kebutuhan khusus umat Kristen di kota Kolose. Waktu itu, komunitas umat di Kolose terancam oleh pengaruh kecenderungan budaya tertentu yang memalingkan kaum beriman dari Injil. Ruang lingkup budaya kita sekarang, para sahabat, bukanlah seperti keadaan umat kuno di Kolose. Namun saat ini, terdapat arus kuat pikiran kaum sekular serupa, yang bertujuan untuk meminggirkan Tuhan dari kehidupan masyarakat dengan menekankan dan menciptakan “surga” tanpa kehadiran-Nya. Sebenarnyalah, pengalaman memberikan bukti nyata kepada kita semua, bahwa dunia tanpa Tuhan selalu menjadi “neraka” : dipenuhi oleh keakuan, keluarga berantakan, kebencian antar-pribadi dan antar-bangsa, dan kekurangan yang besar akan kasih, suka cita, dan harapan. Di lain pihak, di manap ada pribadi dan bangsa menerima kehadiran Allah di tengah-tengah mereka, memujiNya dalam kebenaran serta mendengarkan suara-Nya, maka peradaban cinta kasih sedang dibangun, yaitu sebuah peradaban di mana martabat semua orang dihormati, dan persekutuan paguyuban meningkat, dengan segala kebaikannya. Namun demikian tetap saja, beberapa umat Kristen tergoda oleh sekularisme dan arus kepercayaan yang menjauhkan mereka dari iman akan Yesus Kristus. Ada pula beberapa orang Kristen, sekalipun tidak terpengaruh oleh godaan itu, namun telah dengan sembrono membiarkan iman mereka tumbuh seadanya, yang berakibat buruk pada hidup kesusilaan mereka.

Kepada orang-orang Kristen yang dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang jauhb dari nilai Injil, Rasul Paulus memberitakan mengenai kekuatan wafat dan kebangkitan Kristus. Misteri wafat dan kebangkitan Kristus merupakan dasar hidup kita serta pusat iman Kristen. Dengan tetap menghormati pertanyaan-pertanyaan besar yang terbenam dalam-dalam di hati manusia, menurut saya semua filsafat yang mengabaikan misteri salib serta menganggapnya “kebodohan” (1Kor 1:23), justru menyingkapkan keterbatasan mereka sendiri. Sebagai penerus Rasul Petrus, saya juga ingin menguatkan kalian dalam iman (bdk. Luk 22:32). Kita dengan teguh percaya bahwa Yesus Kristus menyerahkan diriNya sendiri di kayu salib untuk memberikan kasih-Nya kepada kita. Dalam penderitaanNya, Dia memikul penderitaan kita, menanggung dalam diri-Nya dosa –dosa kita, memberikan pengampunan bagi kita dan mendamaikan kita dengan Allah Bapa, membukakan bagi kita jalan menuju hidup abadi. Jadi, kita dibebaskan dari hal yang paling membelenggu hidup kita yaitu perbudakan dosa. Kita bisa mengasihi setiap orang, bahkan musuh kita, dan kita bisa membagikan kasih ini untuk yang termiskin dari saudara-saudari kita, dan bagi semua orang yang sedang dalam dalam kesukaran hidup.

Para Sahabat terkasih;
Salib sering menggentarkan kita karena salib tampak sebagai penolakan hidup. Pada kenyataannya, sebaliknyalah yang benar. Salib adalah pernyataan ‘Ya’ dari Allah kepada umat manusia, yang merupakan ungkapan tertinggi dari cinta-Nya dan sumber dari mana kehidupan kekal mengalir. Sesungguhnyalah, pernyataan ini berasal dari hati Yesus, yang dihancurkan di salib, yang justru dari hati yang hancur itu hidup ilahi mengalir, yang bisa ditampung oleh semua yang mengangkat mata mereka kepada Sang Tersalib.

Saya hanya dapat mendesak kalian untuk memeluk Salib Yesus Kristus, tanda cinta kasih Tuhan, sebagai sumber hidup baru.

4.Mengimani Yesus Kristus Tanpa melihat langsung
Dalam Injil kita menemukan paparan mengenai pengalaman iman Rasul Thomas ketika ia menerima misteri Salib dan kebangkitan Kristus. Thomas merupakan salah satu dari kedua belas rasul. Dia mengikuti Yesus, dan menjadi saksi mata dari penyembuhan dan mukjizat yang dibuat Yesus. Thomas mendengarkan sabda-Nya, dan dia mengalami ketakutan pada saat wafat Yesus. Malam pada hari Paskah itu, ketika Tuhan menampakkan diri pada para murid, Thomas tidak hadir. Ketika ia diberitahu bahwa Yesus hidup dan memperlihatkan diriNya, Thomas menjawab: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangannya, dan mencucukkan jariku pada bekas paku itu dan mencucukkan tanganku pada lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh 20:25).

Kita juga, ingin mampu melihat Yesus, berbicara denganNya dan merasakan kehadiranNya bahkan secara lebih penuh kuasa. Bagi banyak orang dewasa ini, menjadi sukar untuk mendekati Yesus. Ada terlalu banyak gambaran mengenai Yesus yang beredar, yang dinyatakan sebagai ilmiah, yang malahan membuat kabur keagungan dan keunikan pribadiNya. Itulah sebabnya, setelah bertahun-tahun belajar dan merenung, saya memikirkan untuk membagikan sesuatu dari perjumpaan pribadi saya bersama Yesus dengan menuliskannya menjadi sebuah buku. Ini merupakan sebuah cara untuk membantu orang lain melihat, mendengar, dan menyentuh Tuhan kepada siapa Ia datang supaya diri-Nya dikenal. Yesus sendiri ketika seminggu kemudian menampakkan diri lagi kepada para murid berkata kepada Thomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi melainkan percayalah.” (Yoh 20:27). Kita juga, bisa memiliki kontak yang tampak dengan Yesus dan menaruh tangan kita, juga berbicara padaNya, atas tanda-tanda penderitaan-Nya, tanda-tanda cinta kasih-Nya. Dalam sakramen-sakramen, Dia secara khusus dekat dengan kita, dan memberikan diriNya untuk kita. Orang muda terkasih, belajarlah untuk “melihat” dan “menjumpai” Yesus dalam Ekaristi, di mana Dia hadir dan dekat dengan kita, dan bahkan menjadi santapan bagi perjalanan kita. Dalam Sakramen Tobat, Tuhan memperlihatkan kerahimanNya dan selalu memberikan pengampunanNya untuk kita. Kenalilah, dan layanilah Yesus dalam diri orang miskin, orang sakit, dan dalam diri saudara-saudari yang sedang dalam kesulitan dan membutuhkan pertolongan.

Masuklah dalam percakapan pribadi dengan Yesus Kristus dan peliharalah hal itu dalam iman. Kenalilah Dia lebih baik lagi dengan membaca Kitab Suci dan buku Katekismus Gereja Katolik (KGK). Berbincanglah dengan-Nya dalam doa kalian, dan letakkan kepercayaan kalian dalam Dia. Dia tidak pernah mengkhianati kepercayaan kalian itu! “Iman pertama-tama ialah ikatan pribadi manusia dengan Allah. Sekaligus tak terpisahkan dari itu, ialah persetujuan bebas terhadap seluruh kebenaran yang diwahyukan Tuhan” (KGK, 150). Dengan demikian, kalian akan menuai iman yang matang dan mantap, yaitu iman yang tak hanya didasarkan kepada rasa-perasaan keagamaan, atau hanya mengandalkan ingatan samar-samar akan katekismus pelajaran agama Katolik yang kamu terima dulu saat kanak-kanak. Kalian mau datang untuk mengenal Allah, dan hidup secara sejati dalam kesatuan dengan Dia, sebagaimana Rasul Thomas yang memperlihatkan imannya yang teguh dalam Yesus, dengan berkata: “Tuhanku dan Allahku!”.

5.Ditopang oleh iman Gereja untuk menjadi saksi.

Yesus berkata kepada Thomas: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.” (Yoh 20:29). Yesus saat itu sedang memikirkan jalur iman Gereja yang harus diikuti yang didasarkan pada para saksi mata wafat dan kebangkitan Kristus yaitu para Rasul. Dengan demikian, kita melihat, bahwa iman pribadi kita pada Kristus, yang menjumpai kita dalam percakapan pribadi denganNya, diikat dalam iman Gereja. Kita tidak beriman sebagai individu yang terpisah dari yang lain, namun melalui Baptis, kita ialah anggota keluarga besar Gereja. Iman yang diakui oleh Gereja selalu menguatkan kembali iman pribadi kita masing-masing. Kredo “Aku Percaya” yang kita doakan setiap misa hari Minggu melindungi kita dari bahaya kepercayaan terhadap “allah lain” yang tidak diwahyukan oleh Yesus Kristus: “Setiap orang beriman adalah anggota dalam jalinan rantai besar orang-orang beriman. Saya tidak dapat menjadi orang beriman kalau saya tidak didukung oleh iman orang lain. Dan oleh iman saya, saya pun mendukung iman orang lain” (KGK 166). Marilah selalu bersyukur kepada Tuhan atas anugerah Gereja, karena Gereja menolong kita untuk maju dengan aman, dalam iman yang memberi kita hidup sejati (bdk. Yoh 20:31).

Dalam sejarah Gereja, para orang kudus dan para martir selalu bergerak dari kemuliaan Salib Kristus - daya kesetiaan kepada Tuhan - menuju Allah, hingga pada titik mereka harus menyerahkan nyawa. Dalam iman, mereka menemukan kekuatan untuk mengatasi kelemahan, dan menang atas setiap kesulitan. Benarlah Rasul Yohanes mengatakan: “Siapakah yang mengalahkan dunia selain dari pada dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah?” (1Yoh 5:5). Kemenangan yang lahir dari iman adalah cinta kasih. Masih ada dan tetap ada, banyak umat Kristen yang menghayati kesaksian nyata dari daya iman yang diwujudkan dengan pelayanan karya amal kasih. Merekalah para juru perdamaian, promotor keadilan dan pekerja-pekerja demi dunia yang lebih manusiawi, dunia yang sesuai dengan rencana Tuhan. Dengan kompetensi dan sikap profesional, mereka bekerja penuh tanggung jawab dalam sektor-sektor hidup masyarakat yang beraneka ragam, menyumbangkan secara tepat guna, kesejahteraan bagi semua. Karya amal kasih yang berasal dari iman membawa mereka kepada kesaksian nyata dengan kata dan perbuatan. Kristus bukanlah harta milik yang ditujukan untuk diri kita saja. Dia, harta paling berharga yang kita miliki, ialah Dia yang ditujukan dan dibagikan untuk sesama yang lain. Pada masa globalisasi ini, jadilah saksi harapan Kristiani di seluruh dunia. Betapa banyaknya orang yang telah menanti untuk menerima harapan ini! Ketika berdiri di depan batu makam sahabat-Nya Lazarus, yang mati empat hari sebelumnya, sebelum Ia menghidupkan kembali si mati itu, Yesus berkata kepada saudari Lazarus, Martha: “Jika engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah” (bdk Yoh 11:40). Dengan cara yang sama, jika kalian percaya, dan jika kalian mampu menghayati iman dan menjadi saksi atas iman setiap hari, kalian akan menjadi sumber yang membantu orang muda lainnya seperti diri kalian, untuk menemukan makna dan kegembiraan hidup, yang terlahir dari perjumpaan dengan Kristus!

6.Menuju Hari Orang Muda Sedunia di Madrid

Para Sahabat terkasih,
Sekali lagi, saya mengundang kalian semua untuk menghadiri Hari Orang Muda Sedunia di Madrid. Saya menunggu kalian masing-masing dengan sukacita yang besar. Yesus Kristus ingin menguatkan iman kalian melalui Gereja. Keputusan untuk percaya kepada Yesus dan mengikuti-Nya bukanlah perkara yang mudah. Iman padaNya sering terhalangi oleh kegagalan pribadi, dan oleh banyak keriuhan yang menawarkan jalur-jalur perjalanan yang lebih mudah. Jangan lemah semangat. Namun, temukanlah dukungan dari komunitas seiman, temukanlah dukungan dari Gereja! Selama tahun ini, persiapkanlah secara cermat untuk pertemuan di Madrid, bersama uskup-uskup, para imam, para pembimbing orang muda di keuskupan, komunitas-komunitas paroki, dan berbagai serikat serta perkumpulan kalian.

Mutu pertemuan kita mendatang akan seluruhnya bergantung pada : Persiapan rohani kita, doa-doa kita, kebersamaan kita dalam mendengarkan sabda Allah, dan dukungan satu sama lain.

Para muda terkasih, Gereja bergantung kepada kalian! Dia membutuhkan iman kalian yang bersemangat, amal kasih kalian yang kreatif, dan energi dari pengharapan kalian. Kehadiran kalian memperbaharui, meremajakan,dan memberikan energi baru bagi Gereja. Karena itulah, maka Hari Orang Muda Sedunia adalah rahmat, bukan saja untuk kalian orang muda, tapi juga untuk keseluruhan umat Allah.

Gereja Spanyol sedang bersiap diri secara aktif untuk menyambut kedatangan kalian sekaligus untuk berbagi pengalaman iman yang menggembirakan ini bersama kalian. Saya mengucapkan terima kasih kepada keuskupan-keuskupan, paroki-paroki, tempat-tempat ziarah, komunitas-komunitas religius, asosiasi-asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan gerejawi, serta semua yang bekerja keras untuk mempersiapkan peristiwa ini. Allah menganugerahkan berkat-Nya untuk mereka semua. Semoga Bunda Perawan Maria menyertai kalian selama persiapan ini. Ketika menerima kabar gembira, Bunda Maria menerima Sang Sabda dengan imannya. Dalam iman, ia menyetujui rencana kepenuhan janji Allah yang terlaksana dalam dan melalui dirinya. Dengan menyerukan “fiat”, “terjadilah padaku menurut perkataanMu”, Bunda Maria menerima anugerah cinta kasih yang sedalam-dalamnya, yang membuat dia memberikan diri seutuhnya kepada Allah. Semoga doanya campur tangan dalam diri kalian, sehingga pada Hari Orang Muda Sedunia mendatang ini, kalian bertumbuh dalam iman dan kasih. Saya meyakinkan kalian bahwa saya dengan kasih kebapaan, mengingat kalian dalam doa-doa saya, dan saya memberikan kepada kalian berkat dari lubuk hati saya yang paling dalam.

Dari Vatikan, 6 Agustus 2010
pada Pesta Penampakan Kemuliaan Tuhan
Benedictus PP. XVI

Baca Selengkapnya......

Tusuk apa lagi?

Penusukan dan pemukulan terhadap pendeta dan penatua jemaat HKBP Pondok Indah Timur pada tanggal 12 September yang lalu menimbulkan reaksi sangat ramai di media.

Pantas demikian. Penusukan itu hanyalah puncak ketegangan dan kekerasan yang mendahuluinya dan sebenarnya sudah dapat diramalkan. Yang menjadi masalah serius: Situasi yang mirip terjadi juga di sekian tempat lain. Sudah bertahun-tahun masalah tempat ibadah mengganggu, bahkan cenderung meracuni hubungan baik antara umat beragama di Indonesia . Apa kita akan menunggu sampai di situasi di lain tempat juga meledak dalam kekerasan?

Dalam situasi ini pimpinan nasional harus membuktikan diri. Dari mereka diharapkan kejernihan visi dan keberanian untuk bicara kepada masyarakat. Tetapi yang kita dapat hanyalah strategi burung onta: tidak melihat, tidak mendengar, paling-paling beberapa sabda basa-basi. Ancaman dan kekerasan tidak ditindak dengan tegas, tak ada keberanian moral untuk meminta seluruh bangsa untuk menghormati para minoritas, untuk menjamin keamanan mereka yang berbeda ibadatnya. Sedangkan administrasi lokal, terus terang saja, umumnya tidak mampu menangani situasi semacam itu. Apa kita lantas heran kalau masyarakat menjadi bingung, lalu emosi, kecurigaan dan prasangka-prasangka lama meracuni hati mereka?

Masalahnya Bukan Masyarakat

Padahal dapat kita andaikan bahwa sebenarnya masyarakat, juga masyarakat lokal, juga masyarakat di Bekasi Timur, ingin hidup bersama dengan damai, bahwa mereka pada prinsipnya tidak menolak jemaat-jemaat lain beribadat. Semua sebenarnya tahu bahwa benci, marah, dendam bukan sikap yang dikehendaki Allah. Modal sosial itu seharusnya diakses dan dipergunakan.

Masalahnya juga tidak pertama-tama terletak pada para pimpinan umat beragama yang bersangkutan. Pada umumnya mereka mau bertanggung jawab, ingin agar semua umat beragama dapat beribadat tanpa takut. KWI, pimpinan umat Katolik, begitu juga pimpinan Kristen Protestan di PGI, apalagi para pimpinan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, mereka sungguh-sungguh menginginkan hubungan antar umat beragama yang berdamai dan fair.

Lalu bagaimana? Seharusnya kita menerima fakta bahwa keagamaan Indonesia majemuk, bahwa orang Indonesia merantau ke seluruh Nusantara, dan bahwa, karena itu, di semua daerah yang pernah homogen, lama-kelamaan akan muncul keanekaan jemaat dan kelompok beragama. Satu tugas kita bersama adalah mempersiapkan masyarakat atas kenyataan itu. Ucapan seperti “jangan membangun rumah ibadat di tengah-tengah umat beragama lain” adalah nonsense: Bagaimana minoritas bisa beribadat kecuali di tengah-tengah mayoritas? Sebetulnya di banyak daerah masyarakat sejak lama biasa hidup bersama dalam kemajemukan.

Apakah toleransi masyarakat berkurang? Yang tidak tersangkal adalah pengaruh penghasutan. Bisa misalnya masyarakat sudah menyetujui pembangunan sebuah gereja, tetapi mendadak persetujuan ditarik. Hasutan dari luar?

Perlawanan terhadap hasutan jahat harus datang dari para tokoh agama yang bersangkutan. Mereka yang mesti mendidik umat-umat mereka: Bahwa mayoritas justru bertanggungjawab atas keamanan dan kebebasan minoritas, bahwa minoritas perlu tahu diri, komunikatif, tidak provokatif, sabar dan bersedia berkompromis.

Negara

Dari seorang pimpinan negara saya mengharapkan keberanian untuk menantang bangsa agar mau membangun sikap-sikap yang perlu demi harkat kemanusiaannya dan kemajuannya. Mengapa saya sepertinya tak pernah mendengar kata-kata seperti ini: “Mari kita terima semua saudara dan saudari sebangsa dengan lapang hati. Boleh saja kita menolak cara beribadat mereka. Tetapi mari kita tetap menghormati hak mereka untuk beribadat menurut suara hati mereka, mari kita membuat mereka merasa aman di antara kita” Kalau pimpinan nasional mengatakannya, bangsa akan mengerti dan pengaruh para penghasut akan tumpul.

Di sini saya mau bertanya pada menteri agama: How low can you go? Karena Anda, penganut agama mayoritas menurut mazhab mayoritas, tidak dapat menyetujui pengertian sebuah minoritas (itu hak Anda!), Anda sebagai menteri RI mau melarang mereka? Pfui! Yang Mulia, Anda menyabotase 65 tahun negara Pancasila.


Masalah SKB 2006 bukan pada apa yang dimaksud, melainkan bahwa SKB itu tumpul. Tentu, negara berwenang menata hal rumah ibadat. Betul, sikap mayoritas setempat tak boleh diabaikan. Tetapi FKUB misalnya sering tidak berfungsi. Bahkan ada kasus pemerasan. Syarat 60 tanda tangan jemaat mayoritas rawan dimanipulasi. Berulang kali terjadi bahwa 60 tanda tangan sudah diberikan, tetapi kemudian ditarik kembali karena ada hasutan, lalu semuanya mubazir lagi.
Itulah yang perlu dibahas bersama dalam merevisi SKB. Sangat perlu juga administrasi lokal diberi latihan bagaimana menangani pluralitas keagamaan di wilayah tanggung jawab mereka.

Tusukan beberapa hari lalu merupakan wake up call bagi kita semua. Kita sebagai bangsa harusnya merasa ditantang olehnya. Kita semua harus tahu apa yang benar, dan sekaligus tahu diri. Ketegasan maupun kesabaran dituntut dari kita. Negara harus memberi zero tolerance terhadap kekerasan bernuansa agama. Para pemimpin harus menunjukkan keberanian moral untuk menyatakan komitmen mereka pada hak yang sama para minoritas untuk beribadat. Mereka yang memerlukan tempat ibadat perlu sabar dan mampu merebut hati masyarakat setempat. Untuk itu kita pasti akan mendapat dukungan masyarakat.

Oleh : Franz Magnis Suseno
Penulis adalah guru besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Baca Selengkapnya......

Pelajaran Berharga

Sudah dua minggu ini, Sasi duduk di depan televisi. Semuanya dia tonton, tidak peduli, pagi, siang atau malam. Ibu sampai kewalahan menegurnya. Pagi itu, seperti biasanya Sasi sudah duduk di depan televisi untuk menonton film kartun kegemarannya. Padahal sebentar lagi dia harus berangkat ke sekolah. “Sasi, air hangatnya sudah siap, ayo mandi. Nanti kamu terlambat ke sekolah.” Sasi yang sedang asik menonton, hanya menoleh sambil lalu. “Sasi………….”. “ Iya, bu. Sebentar, lagi seru neh filmya. Nanti Sasi pasti mandi deh..” Sasi memang sangat menggemari film kartun. Dan dia berharap, sesampai nya di sekolah dia dapat bercerita bersama teman teman nya tentang film kartun itu. Suara ibu terdengar lagi menyuruh Sasi untuk segera mandi. Sasi melihat jam dinding yang ada di depannya. Dia terkejut karena mendapati sudah jam 7 kurang ¼. Itu artinya sekolah sebentar lagi masuk. Tapi dasar Sasi memang bandel, dia masih terus saja nonton. Akhirnya film selesai juga. Tapi jam sudah menunjukkan jam 7. Akhirnya dengan terburu buru Sasi mandi. Dan mulailah kekacuan itu terjadi, dari buku PR yang terselip, sampai kaos kaki yang entah bersembunyi dimana. Sasi mulai nangis dan dia tidak mau berangkat sekolah, karena sudah terlambat dan malu dengan guru dan temannya. Akhirnya ibu mulai membantu Sasi mencari buku PR dan kaos kakinya itu. Setelah semua ditemukan, ibu mulai membujuk Sasi untuk mau pergi sekolah. Sasi dengan tampang cemberut tetap tidak mau sekolah. Ibu berkata kepada Sasi, “Sasi, bukannya tadi ibu sudah memperingatkan kamu untuk segera mandi? Tapi apa yang Sasi lakukan? Sasi tetap asik menonton. Ibu bukannya melarang Sasi untuk menonton. Sasi boleh saja nonton, tapi kalau sudah waktunya untuk sekolah, Sasi tetap harus sekolah, pulang sekolah kan Sasi masih bisa nonton. Itu juga kalau PR Sasi sudah selesai. Sekarang akibatnya Sasi sendiri kan yang merasakan. Sasi jadi terlambat ke sekolah? Sasi teringat tadi memang ibu sudah memanggil Sasi untuk mandi, hanya Sasi saja yang cuek. Sasi merasa bersalah dan malu karena tidak mau mendengarkan perintah ibu, padahal ibu melakukan itu untuk kebaikan Sasi juga. Akhirnya Sasi meminta maaf kepada ibu dan berjanji mulai saat itu untuk meuruti perintah ibu. Dan dengan diantar oleh ibu akhirnya Sasi mau juga berangkat ke sekolah.

Baca Selengkapnya......

Kasih ibu "GRATIS"

Suatu Sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Kemudian anak tersebut menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisnya. Setelah sang Ibu mengeringkan tangannya dengan celemek, lalu ia membaca tulisan itu dan inilah isinya :
untuk memotong rumput, dua ribu rupiah
untuk membersihkan kamar tidur, seribu rupiah
untuk pergi ke toko disuruh ibu, lima ratus rupiah
untuk membuang sampah, seribu rupiah

untuk nilai raport yang bagus, tigaribu rupiah
untuk membersihkan dan menyapu halaman, lima ratus rupiah
jadi jumlah UTANG IBU : DELAPAN RIBU LIMA RATUS RUPIAH

Sang Ibu memandang anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang Ibu, kemudian ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya, lalu ia menulis :
Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, GRATIS
untuk setiap malam ibu menemani kamu, GRATIS
untuk mengobati kamu dan mendoakan kamu, GRATIS
untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurusmu, GRATIS
untuk seluruh jumlah harga cinta ibu adalah GRATIS
untuk semua mainan, makan dan baju semua GRATIS

“Anakku…. Seandainya kamu menjumlahkan semuanya, akan kau dapati bahwa seluruhnya adalah GRATIS..”
Seusai apa yang dibaca ibunya, sang anak pun berlinang air mata kemudian sang anak menatap wajah ibunya, ia berkata : ” Bu, aku sayang sekali sama ibu ” lalu anak itu mengambil pulpen dan menuliskan kata dengan huruf besar : LUNAS

Baca Selengkapnya......

Luke

Di sebuah kota di California, tinggal seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak.

Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah. Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari.

"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti dia". "Kau tidak perlu meyakinkanku," sahut ibunya sambil tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah satu dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."

Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian. Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yang dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke.

Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit saja. Suatu hari, Luke datang ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya. "Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang? Ini sangat penting bagiku. Aku mohon?"

Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih ekstra keras dalam beberapa hari ini.

"Tentu," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke. "Kamu dapat bermain hari ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua single. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan.

Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke bermain sebaik itu. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini sebelumnya. Apa yang membuatmu jadi begini?"

Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata kebahagiaan. Luke menangis tersedu-sedu. Sambil sesenggukan ia berkata, "Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan baik akibat kecelakaan itu. Minggu lalu.... Ibuku meninggal." Luke kembali menangis.

Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata, "Hari ini... hari ini adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan aku tentu saja tidak akan mengecewakan mereka...". Luke kembali menangis terisak-isak.

Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain utama hari ini. Sang pelatih yang berkepribadian sekuat baja, tertegun beberapa saat. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, baja itu meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai seorang anak.

Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke. Ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orangtuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi selamanya. Luke baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu mencintainya.

Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka. Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya.

Baca Selengkapnya......

"Berapa gaji ayah?"

Andi adalah seorang pekerja keras. Seperti biasa, malam itu dia pulang ke rumah dalam keadaan letih dan kesal. Hari ini pimpinannya memarahinya karena perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Sewaktu masuk ke kamar nya untuk beristirahat, dia melihat anaknya Beny sedang duduk di ranjangnya. Dengan nada marah Andi menegur anaknya, “apa yang kau lakukan malam malam begini di kamar ayah? Sana tidur di kamarmu sendiri, ayah cape dan mau segera tidur.” Beny tetap tidak bergerak dari tempatnya. Dia malah bertanya kepada ayahnya. “Ayah, berapa gaji yang ayah terima dalam satu bulannya?”.

Sambil membentak anaknya, Andi menjawab, “Mau apa kamu bertanya tentang berapa gaji ayah? Kamu tidak usah tau berapa gaji ayah, yang penting kan semua kebutuhan kamu, sudah ayah penuhi. Masih kurang apa lagi?” Dengan nada memelas, Beny menjawab, “ayah, tolong jawab saja.” “Enam juta.” “Maaf, ayah. Boleh Beny bertanya lagi?”. Maka, semakin kesallah Andi mendengar pertanyaan anaknya itu. “Mau tanya apa lagi? Masih belum cukup jawaban ayah? Ayah cape, mau istirahat dan besok pagi pagi sudah harus berangkat kerja.” “Tolong ayah. Tolong ayah jawab saja pertanyaan Beny. Berapa gaji ayah per jam nya?” Karena ingin segera beristirahat, maka pertanyaan anaknya dijawab asal saja oleh Andi. “ Dua puluh lima ribu. Nah, sudah puas kamu sekarang? Sana pergi tidur, ayah mau tidur.”

Beny terdiam mendengar jawaban ayahnya itu. Dengan suara takut, Beny bertanya lagi. “Kalau begitu ayah, bolehkah Beny meminjam uang ayah, sebanyak 20.000 saja. Uang Beny masih kurang segitu. “ Kali ini Andi benar benar marah kepada Beny. “ Kamu kemanakan uang saku kamu selama ini? Uang sakumu masih kurang? Untuk anak sekecil kamu, perlu apa uang saku banyak banyak? Jawab’ jangan hanya menunduk diam saja!”. “Ngg….ayah… tapi boleh kan Beny pinjam uang ayah?” “ Ya sudah, tapi kali ini saja, tidak ada untuk yang kedua kalinya.” “Terimakasih ayah. Sebenarnya uang itu Beny perlu untuk membayar waktu ayah selama satu jam saja. Beny ingin sekali bermain bersama sama dengan ayah. Satu jam saja ayah. Padahal Beny ingin sekali seperti teman teman Beny yang lain, yang bisa bermain bersama ayahnya. Selama ini kalau Beny mendengar cerita teman teman Beny yang bermain bersama ayahnya, Beny iri sekali.”

Mendengar penuturan anaknya itu, tersadarlah Andi, betapa selama ini dia terlalu sibuk dan melupakan Beny anaknya. Dia berpikir selama ini Beny sudah cukup bahagia dengan segala materi yang diberikannya. Dia lupa kalau Beny juga perlu perhatian darinya. Dengan terharu, Andi memeluk Beny dan meminta maaf padanya, dan Andi berjanji dalam hatinya. Mulai sekarang aku akan lebih meluangkan waktu untuk Beny anaknya.

Baca Selengkapnya......