CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, Desember 03, 2008

"HIDUPKU TAKKAN SAMA "

Pemikiran Dasar / Gagasan Pokok
Era globalisasi membawa kehidupan kita ke dalam situasi yang serba kompleks, sekaligus menawarkan kemudahan-kemudahan. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan tersebut lama kelamaan tanpa kita sadari menjadi pola hidup/kebiasaan. Seringkali pola hidup yang didukung dengan segala kemudahan-kemudahan tersebut tidaklah selalu sejalan dengan kehendak Allah, bahkan seringkali membawa kita kepada situasi yang lebih buruk, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Seperti halnya kemudahan dalam dunia komunikasi dengan menggunakan HandPhone.

HP bukan lagi menjadi barang yang lux dan langka. Hampir setiap orang dari mulai tukang jual-beli barang bekas hingga para konglomerat memiliki HP. Tapi jika kita kaji lebih dalam lagi, apakah HP sungguh mempermudah hidup kita? Ataukah justru membuat kita masuk ke dalam kebiasaan konsumerisme dan hedonisme? Bisakah kita hidup tanpa HP?
Santo Paulus pernah ditantang untuk mengubah kebiasan hidupnya yang lama dengan mengambil sikap baru, yang sangat bertentangan dengan kebiasaannya, bahkan ia harus rela melepaskan kemudahan-kemudahan yang ia miliki. Dalam Kis 9 : 19b – 31 memperlihatkan bahwa pola hidup yang dilakukan Paulus tidaklah berjalan mulus tanpa adanya pengorbanan (ay.23). Perubahan pola hidup yang dilakukan Paulus membutuhkan proses dan konsekuensi yang tidak sedikit (ay.21). Ia harus berusaha meyakinkan para murid yang lain bahwa ia telah berubah (ay.22), ia harus membiasakan diri dengan cara hidup para rasul (ay.26), bahkan ia harus menyelamatkan diri dari kejaran para pasukan yang akan membunuhnya (ay.24). Suatu perubahan yang sangat membutuhkan banyak pengorbanan, namun Paulus tetap melaksanakannya. Paulus berani mengambil langkah yang berlawanan dengan ’arus’, berjalan sesuai kehendak Allah. Paulus melaksanakan semuanya itu dengan bersandar pada kemurahan kasih Allah yang telah ia terima. Ketika ia melaksanakan kehendak Allah, Allah memiliki rencana yang lebih besar daripada apa yang dipikirkan oleh Paulus. Di belakang pengorbanan yang ia lakukan, terdapat ”buah yang berkelimpahan” yang dapat dinikmati demi kebaikan dirinya sendiri, kebaikan banyak orang, terlebih lagi bagi kemuliaan Allah.
Melalui pertemuan ini, kita diajak untuk mengambil sikap dalam menghadapi situasi dunia yang diwarnai oleh kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, bahkan kita diajak untuk melawan ’arus’ demi melangkah menuju pada kebaikan. Merubah dunia dengan proses yang serba instan hanyalah impian belaka. Namun membangun sikap yang baru dalam diri setiap pribadi adalah kenyataan yang dapat kita lakukan untuk merubah dunia.

Tujuan
1. Peserta dapat menemukan kebiasaan-kebiasaan dalam dirinya
2. Peserta dapat melihat pengaruh dari kebiasaan-kebiasaan dalam dirinya, baik bagi diri sendiri, orang lain, serta bagi Allah.
3. Peserta dapat menemukan sikap-sikap Paulus yang dapat menjadi teladan dalam usaha membangun habitus baru.
4. Peserta dapat membangun habitus baru sebagai usaha turut mewujudkan kerajaan Allah.

Waktu: 90 menit

Bahan Kajian
1. Teks Kitab Suci : Kis 9 : 19b – 31
2. Bahan Pertemuan BKSN 2008
3. Menyemai Benih Teknologi

Metode
1. Bercerita
2. Dialog
3. Refleksi

Sarana
1. Teks Kisah “Kakatua Belajar Bicara”
2. Teks lagu ”Hari Ini Kurasa Bahagia”
3. Teks lagu ”Ku Mau SepertiMu Yesus”
4. Gitar

Proses Katekese
1. PEMBUKA
a. Lagu pembuka ”Hari Ini Kurasa Bahagia”
b. Doa Pembuka

2. MENYIMAK DAN MENGGALI MAKNA KISAH ”KAKATUA BELAJAR BICARA
a. Peserta diajak untuk menyimak kisah ”Kakaktua Belajar Bicara”
b. Peserta diajak untuk menggali makna kisah, dengan beberapa pertanyaan:
• Apa yang telah dilakukan oleh burung kakaktua tersebut?
• Mengapa burung kakatua melakukan hal tersebut?
• Apakah ia memahami apa yang ia lakukan?
• Apa makna yang bisa kita ambil dari kisah tersebut?
• Apakah ada kesamaan dengan kehidupan kita?
• Apa saja kebiasaan-kebiasaan yang sering kita lakukan?
• Bagaimana pengaruh kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan?
• Maukah kita merubah kebiasaan-kebiasaan hidup kita?
c. Fasilitator memberikan beberapa penegasan :
• Burung kakaktua tersebut hanya melakukan apa yang telah terbiasa dilakukannya, ia hanya melakukannya tanpa mengerti maksud dari apa yang ia lakukan.
• Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita juga melakukan hal yang sama, melakukan sesuatu hanya karena ikut-ikutan trend, tapi tidak memahami hakikat dari kebiasaan-kebiasaan tersebut.
• Beranikah kita mengubah kebiasaan-kebiasaan hidup kita yang tidak sejalan dengan kehendak Allah? Marilah kita belajar dari Santo Paulus!

3. MENYIMAK DAN MENGGALI PENGALAMAN HIDUP SANTO PAULUS
a. Peserta diajak untuk menyimak Kis 9 : 19b - 31
b. Peserta diajak untuk menggali pengalaman hidup Santo Paulus, dengan beberapa pertanyaan:
• Siapakah Saulus itu?
• Apa saja kebiasaan yang dilakukan oleh Saulus?
• Bagaimana pengaruh kebiasaan Saulus bagi dirinya, orang lain dan Allah?
• Apa saja konsekuensi yang harus diterima oleh Paulus ketika ia mengambil keputusan untuk membangun sikap baru?
• Beranikah kita mengambil sikap seperti halnya Santo Paulus, merubah kebiasaan-kebiasaan hidup kita yang tidak selaras dengan kehendak Allah?
• Hal apa saja yang harus kita lakukan untuk memperbaiki kebiasan-kebiasan kita yang kurang baik?
• Konsekuensi apa saja yang harus kita hadapi dalam proses membangun habitus baru?
c. Fasilitator memberikan beberapa penegasan :
• Saulus berani mengambil sikap untuk meninggalkan pola hidupnya yang lama, meskipun harus menanggung segala konsekuensinya.
• Paulus harus berani menerima penolakan dari orang-orang di sekitarnya; ia harus berusaha meyakinkan para murid yang lain bahwa ia telah berubah, ia harus membiasakan diri dengan cara hidup para rasul, bahkan ia harus menyelamatkan diri dari kejaran para pasukan yang akan membunuhnya.
• Kita juga ditantang untuk meninggalkan pola hidup lama kita yang kurang selaras dengan kehendak Allah demi menciptakan habitus baru dalam kehidupan kita
• Tuhan Yesus pun harus menanggung segala konsekuensi, ketika Ia memutuskan untuk menciptakan habitus baru.

4. PENUTUP
a. Peserta diajak untuk merefleksikan kebiasaan-kebiasaan dirinya, melihat konsekuensi apa saja yang harus diterima untuk mengubah pola hidup yang lama, serta membuat janji-janji pribadi dalam usaha membangun habitus baru.
b. Peserta diajak untuk menyampaikan doa-doa pribadi.
c. Peserta diajak untuk menyanyikan lagu “Bagaikan Bejana”

0 komentar: