CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, September 29, 2010

Hentikan Nafsu Serakah

Pemikiran Dasar
Situasi perayaan HUT kemerdekaan RI yang baru saja kita rayakan (17/08/08) diwarnai oleh perasaan gembira dan bahagia. Situasi tersebut nampak, khususnya dalam perlombaan-perlombaan yang digelar setiap kelompok masyarakat. Semangat kerjasama sangat nampak jelas dalam setiap perlombaan, khususnya dalam perlombaan panjat pinang. Perlombaan panjat pinang jika direnungkan ternyata memiliki makna yang sangat mendalam. Sikap saling mendukung satu sama lain, kerelaan menjadi orang yang ‘di bawah’, dan sikap saling berbagi nampak jelas dalam setiap kelompok yang ikut serta dalam perlombaan. Mereka rela ‘diinjak-injak’, menjadi tumpuan demi teman-teman seregunya sampai pada puncak pinang, meskipun rasa sakit juga mereka rasakan. Berbagi hadiah setelah sampai di atas, dll.
Namun sayangnya situasi tersebut hanya menjadi fenomena unik yang hanya bisa kita lihat pada saat perayaan HUT kemerdekaan RI saja. Karena dalam kehidupan sehari-hari sikap yang lebih banyak muncul adalah sikap yang bertolak belakang dengan sikap yang ada dalam perlombaan panjat pinang. Keseharian kita lebih sering diwarnai dengan sikap saling menjatuhkan satu sama lain untuk mencapai kepentingan masing-masing, tidak peka melihat kebutuhan orang lain, dsb. Motif di balik pertikaian, pembunuhan, penggunaan narkoba, dll yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari biasanya karena alasan ingin menyelesaikan masalah dengan cara yang ‘instant’, tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.
Sikap tersebut sering dilakukan oleh para ahli Taurat dan imam-iman kepala. Mereka sering menafsirkan dan kadang-kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan mereka sendiri, sehingga sering mendatangkan beban yang tidak tertahankan bagi rakyat kecil. Hal tersebut mereka lakukan juga terhadap Yesus, ketika mereka ingin menjerat Yesus (Mat 22:16-22). Mereka menanyakan perihal membayar pajak kepada kaisar diperbolehkan atau tidak. Yesus berada posisi yang cukup sulit karena jika Yesus menjawab ‘boleh’ berarti Yesus dianggap berpihak pada penjajah Roma yang pada saat itu menguasai masyarakat Palestina. Berpihak pada kaum penjajah, sama saja bergaul dengan kaum kafir yang dianggap orang berdosa, sehingga Yesus dapat dianggap berdosa pula dan dapat dijerat hukum agama. Tetapi jika Yesus menjawab ‘tidak boleh’ berarti Yesus melawan pemerintahan dan dapat pula dijatuhi hukuman (Luk 23:22). Berada dalam situasi semacam ini Yesus berusaha untuk tenang dan tetap bijaksana dalam menentukan sikap. Yesus sebenarnya juga mengetahui maksud para ahli Taurat dan imam-imam kepala yang ingin menjebaknya (Mat 22:18), namun Yesus juga tidak lantas menjatuhkan mereka. Yesus tidak ingin menyelamatkan diri lantas merugikan pihak tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari umat beriman sering menghadapi dilema untuk memilih sesuatu. Sangat mungkin ada godaan untuk menyelesaikan masalah dengan mengorbankan orang lain, mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain (nafsu serakah) Keputusan untuk menentukan sikap membutuhkan kebijaksanaan yang tinggi, agar pilihan kita tidak merugikan orang lain. Kebijaksanaan tersebut hanya dapat diperoleh jika kita memiliki relasi yang akrab dengan sang pemilik Kebijaksanaan Sejati yaitu Allah. Proses katekese ini mengajak umat beriman untuk senantiasa menimba kekuatan dari yang empunya kebijaksanaan, yaitu Allah, sehingga dapat mengambil keputusan dengan bijaksana, sekaligus mampu melawan segala bentuk ketidakadilan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan
Melalui proses katekese ini umat diajak untuk :
1. menyadari bahwa nafsu serakah dapat mendorong orang untuk mengorbankan orang lain.
2. menyadari bahwa tindakan mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi dapat merusak hubungan dengan Allah dan dengan sesama
3. menyadari bahwa dibutuhkan kebijaksaan dalam pengambilan keputusan, sehingga harus senantiasa menimba kekuatan dari Allah
4. menemukan upaya-upaya kongkrit untuk bijaksana dalam menumbuhkan sikap kerjasama dan saling melayani

Sumber Bahan
1. Mat 22:16-22
2. Luk 23:22

Sarana
1. Gambar perlombaan panjat pinang
2. Teks Mat 22:16-22
3. Mp3 instrumen

Proses Katekese

1. PEMBUKA
a. Peserta diajak untuk berdoa untuk memulai pertemuan.
b. Fasilitator memberikan pengantar singkat untuk mempersiapkan peserta mengikuti proses katekese.

2. MENYIMAK GAMBAR DAN MENDISKUSIKAN SIKAP KERJASAMA
a. Peserta diajak menyimak gambar “panjat pinang”
b. Peserta diajak untuk mendalami makna yang terdapat dalam gambar dengan beberapa pertanyaan :
• Apa yang sedang mereka perjuangkan?
• Bagaimana cara mereka memperjuangkannya?
• Bagaimana perasaan orang yang menjadi tumpuan(diinjak)?
• Mengapa mereka mau melakukan hal tersebut?
• Apa yang mereka lakukan setelah mendapatkan hadiah di atas?
• Jika dihubungkan dengan keseharian kita, nilai positif apa saja yang dapat kita ambil?
c. Fasilitator memberikan penegasan atas beberapa pertanyaan diskusi:
• Perjuangan untuk memenangkan perlombaan/mendapatkan hadiah.
• Kerjasama, rela berkorban, saling melayani.
• Sebenarnya merasakan sakit namun merelakan dirinya diinjak supaya peserta lain dapat naik meraih hadiah.
• Setelah berhasil mendapatkan hadiah peserta yang diatas tidak berusaha menguasai hadiah tersebut sendiri, namun memberikan juga kepada peserta lainnya yang di bawah.
• Perlombaan panjat pinang ternyata memiliki nilai kehidupan yang sangat baik, kita diajak untuk bersama tanpa terlalu memikirkan untung-rugi yang didapat demi mencapai tujuan bersama (rela diinjak-injak), bahkan kita diajak untuk peka dengan kebutuhan orang lain (melemparkan hadiah)
d. Setelah diskusi, peserta diajak untuk melihat realita kehidupan yang sesungguhnya, dimana sering terdapat sikap saling menjatuhkan satu sama lain tanpa memperhatikan kebutuhan orang-orang di sekitarnya.

3. MENDALAMI TEKS KITAB SUCI MAT 22:16-22
a. Peserta diajak untuk menyimak teks Mat 22:16-22
b. Peserta diajak untuk mendalami makna teks dengan beberapa pertanyaan :
• Apa yang sedang dipermasalahkan oleh para ahli Taurat dan imam-imam kepala?
• Apa yang mereka harapan dari permasalahan tersebut?
• Bagaimana sikap Yesus menghadapi masalah tersebut?
• Apa pesan-pesan dari teks tersebut bagi Anda?
• Pernahkah hal yang serupa terjadi di sekitar kita?
• Apa pesan-pesan dari teks tersebut bagi lingkungan sebagai komunitas basis Gereja?
c. Peserta diajak untuk mensharingkan hasil pendalaman teks
d. Fasilitator memberikan beberapa penegasan atas hasil sharing:
• Para ahli Taurat dan imam-imam kepala mempermasalahkan hal membayar pajak pada kaisar yang pada saat itu depegang oleh pemerintahan Roma.
• Para ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha untuk mencari kesalahan Yesus, karena jika Yesus menjawab ‘boleh’ berarti Yesus dianggap berpihak pada penjajah Roma yang pada saat itu menguasai masyarakat Palestina. Berpihak pada kaum penjajah, sama saja bergaul dengan kaum kafir yang dianggap orang berdosa, sehingga Yesus dapat dianggap berdosa pula dan dapat dijerat hukum agama. Tetapi jika Yesus menjawab ‘tidak boleh’ berarti Yesus melawan pemerintahan dan dapat pula dijatuhi hukuman (Luk 23:22)
• Meskipun Yesus mengetahui maksud para ahli Taurat dan imam-imam kepala, namun Yesus tidak berusaha untuk balik menjatuhkan mereka.
• Sikap yang Yesus pilih pun diusahakan untuk tidak merugikan pihak tertentu.
• Bahwa kita harus bijaksana dalam menentukan pilihan hidup agar tidak merugikan pihak tertentu, sehingga kita tetap memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan dan dengan sesama.

4. MEMBANGUN HABITUS BARU : MENYIKAPI SETIAP KEINGINAN DIRI DENGAN BIJAKSANA
Peserta diajak untuk merefleksikan sikap sebagai umat kristiani:
• Pernahkah Anda melihat tindakan-tindakan yang merugikan kelompok tertentu akibat dorongan nafsu serakah di lingkungan Anda? Apa bentuknya?
• Apakah Anda sendiri pernah berpikir untuk menjatuhkan orang lain demi kepentingan sendiri? Atau pernahkah Anda dijadikan korban oleh seseorang?
• Apa yang diderita si korban akibat tindakan itu? Mampukah korban menghadapi tindakan tersebut? Apa sebabnya?
• Melihat kenyataan itu, apa yang hendak Anda lakukan terhadap diri sendiri/ pelaku dan si korban?

(Selama peserta berefleksi, Fasilitator memutarkan musik instrumen)

5. PENUTUP
Peserta diajak untuk mengungkapkan doa-doa spontan atas hasil refleksi pribadi.

0 komentar: