CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, Oktober 02, 2010

Pilihan

Bersama seorang teman aku ke Starbucks di samping gereja parokiku. Aku tercengang ketika kopi pesanan kami datang. Ternyata kami sama- sama memilih Latte Coffee. Apakah kami memiliki selera yang sama??? Mungkin saja. Namun bagiku, kopi jenis apa saja sejauh masih memiliki kadar cafeine, pasti akan memenuhi seleraku. Maklumlah!!! Hampir sebahagian besar syaraf-syarafku amat tergantung pada stimulasi racun kopi ini. Setiap pagi saya boleh saja tidak sarapan pagi, tetapi tak bisa melewatkan pagi hari tanpa kopi. Karena itu aku yakin, kalau pilihan latte tersebut di atas tak dapat menjadi jaminan bahwa aku bersama temanku itu memiliki selera kopi yang sama. Itu cuman suatu kebetulan.

Namun secangkir kopi membutuhkan teman yang serasi. Aku memesan apple pie. Temanku, setelah ragu sejenak akhirnya berhasil memesan kue tart coklat. Namun ketika pesanan kami datang, temanku mulai melirik ke arah apple pie pesananku. Ia nampak menyesal dengan pilihannya. \"Huh...kalau seandainya aku memilih apple pie, pasti lebih enak deh.\" Demikian gumamnya. Namun tak ada pilihan lain. Tart coklat di hadapannya perlahan-lahan dilahapnya habis, walau rasa kecewa atas pilihannya masih bercokol di hatinya.

Aku yakin tak ada jaminan bahwa kalau seandainya temanku memilih apple pie ia akan merasa lebih bahagia, ia akan merasa puas. Mungkin ia akan juga merasa kecewa karena telah memilih apple pie. Oh....hidup manusia setiap hari selalu berhadapan dengan sejuta pilihan. Walaupun mungkin alunan hari ini tak jauh berbeda dengan hari kemarin serta tak menawarkan banyak variasi pilihan, namun pilihan yang harus aku buat hari ini merupakan milik hari ini.

Ketika mengenang peristiwa apple pie ini, aku tersadar melihat diriku sendiri. Aku (kita) sering kali mengeluh dan terus mengeluh karena mataku (mata kita) cuman terpusat pada apa yang tak aku/kita miliki. Aku mengeluh karena kekurangan ini dan itu, aku mengeluh karena tak memiliki apa yang dimiliki tetanggaku. Aku sungguh membuang banyak waktuku yang sebenarnya bisa dipakai untuk menikmati apa yang telah aku miliki, walaupun mungkin amat terbatas. Dan mulutkupun selalu lupa untuk mengeluarkan kata-kata syukur.

Tuhan memberkati.

0 komentar: